Saya
lahir di Bandung pada tanggal 24 Maret 1996, Saya dilahirkan dengan nama
lengkap Karina Hapsari. Keluarga serta teman dekat selalu memanggil Saya dengan
panggilan Arin. Saya dan keluarga tinggal di Kota Bandung, yang beralamat
Komplek Ciwastra Indah Blok B no 6. Saya adalah anak ke tiga dari empat
bersaudara, hanya saja saudara ke dua saya meninggal pada saat setelah dilahirkan.
Jadi, saya anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah saya berketurunan Jawa dan
Sunda, nama Ayah Saya adalah Raden Tanio Adil Sunu sedangkan Ibu Saya
berketurunan Sunda hanya saja besar di Jakarta, nama Ibu Saya adalah Teti
Haryati. Saya memiliki kakak dan adik yang berjenis kelamin laki-laki. Nama kakak
Saya adalah Ristanto Adil dan telah menikah dengan seorang yang bernama Dina, sedangkan
nama adik Saya adalah Risaldi Adil. Ayah, Ibu dan Kakak Saya bekerja sebagai
Polisi dan Polwan, termasuk istri Kakak Saya yang bekerja sebagai Polwan.
Sekitar
tahun 2001, pada saat Saya berumur 4 tahun Saya masuk pendidikan Taman
Kanak-kanak dengan tingkatan nol kecil, Saya masuk TK Pasir Pogor yang berada
di Jalan Ciwastra. Antara rumah dan TK hanya menyebrang jalan, tidak memerlukan
waktu yang lama untuk sampai ke sekolah. Pada saat di TK Saya selalu diantarkan
ke sekolah oleh Almarhum Kakek serta Mang Gungun. Namun, kadang Saya diantar
jemput oleh ojek becak. Pada saat di TK Saya baru dapat mengetahui hal yang
disukai oleh Saya adalah menggambar. Hal pertama yang saya gambar adalah
pemandangan yaitu gunung, sawah, matahari dan burung.
Sesuatu
yang digambar oleh Saya pada saat TK merupakan gambar pemandangan yang digambar
oleh anak-anak yang lain pada umum. Hanya saja Saya suka sekali menggambar
namun tidak handal dalam menggambar. Pada saat Saya menyelesaikan pendidikan
nol kecil di TK, Saya langsung mendaftakan diri ke Sekolah Dasar tanpa masuk
nol besar terlebih dahulu.
Pada Saya
berumur 5 tahun, Saya masuk ke pendidikan tingkat Sekolah Dasar yang bernama
SDN Margahayu Raya 01. Di SD Saya masuk kelas A dari kelas 1 hingga kelas 6,
dengan teman-teman kelas yang tidak pernah berubah. Pelajaran yang saya sukai
pada saat SD adalah pelajaran olahraga dan pelajaran kreativitas. Saya paling
tidak suka dengan pelajaran matematika dan IPA karna terlalu rumit. Pada saat
saya kelas 4 Sd, saya memiliki kemajuan menggambar dalam pelajaran kreativitas
yaitu menggambar istana berserta orang-orang istana.
Saya sangat menyukai pelajaran kreativitas karena
menciptakan sesuatu yang belum pernah Saya lalukan dan sangat menyenangkan.
Saya pernah membuat hiasan gelas yang
berisikan agar-agar berwarna warni lalu, Saya pernah membuat boneka dari bola ping
pong dan benang wol. Selain perlajaran kreativitas, Saya menyukai pelajaran
penjaskes. Di dalam pelajaran penjaskes, Saya sangat senang apabila olahraga
yang dilakukan adalah olahraga basket dan baseball. Ekskul yang saya ikuti di
SD yaitu ekskul pencak silat, ekskul ini bukan ekskul yang saya pilih namun,
ekskul wajib yang harus diikuti. Dibandingkan Saya harus ikut pramuka lebih
baik Saya mengikuti pencak silat. Saya selalu kabur apabila pulang sekolah
harus mengikuti kegiatan pramuka. Selain kegiatan sekolah, Saya mengikuti
kegiatan diluar sekolah yaitu les piano klasik. Ibu Saya mendaftarkan saya ke
tempat les musik dengan alasan, agar Saya memiliki keahlian. Namun, karena les
piano klasik itu sulit jadi, Saya hanya bertahan les sebulan karena Saya belum
menemukan rasa suka kepada alat musik piano. Pada saat saya kelas 5 SD Saya
pernah ditunjuk perwakilan sekolah untuk ikut ke Perpustakaan Daerah (PUSDA),
Saya juga merasa bingung kenapa Saya dapat terpilih mewakili sekolah. Sedangkan
pada saat kelas 6 SD Saya pernah mengikuti sebuah pentas seni drama, biasanya
disebut “kabaret”. Kabaret tersebut menceritakan tentang cinderella namun
ceritanya digabung dengan cerita-cerita rakyat lainnya, ceritanya bertema
humor. Saya berperan sebagai putri Lady Diana didalam sebuah drama tersebut.
Banyak sekali pengalaman yang Saya ingat pada saat Saya berada di tingkat
sekolah dasar, Saya dan teman-teman kelas pernah membantu salah satu teman kami
dengan berjualan kue basah di sekolah dan juga belajar membuat kue basah. Pada
saat kelas 6 SD dengan wali kelas yang bernama Bu Ros, kami dituntut untuk
dapat mematuhi aturan yang telah disepakati selain ketentuan aturan dari
sekolah. Aturan tersebut ialah kami diharuskan membawa bekal dari rumah untuk
jam istirahat, bekal tersebut harus berisikan makanan berat empat sehat lima
sempurna dan mengerjakan sholat wajib. Walaupun Bu Ros beragama non islam
namun, Bu Ros selalu mengingatkan anak-anak kelasnya untuk beribadah. Banyak
sekali kesan dan pesan yang menarik selama Saya bersekolah di SDN Margahayu
Raya 01. Pentas seni perpisahaan sekolah kami semua mementaskan sebuah seni
baik itu tarian maupun musik.Setelah acara perpisahan selesai kami pun
berkumpul untuk berpamitan dan kami membicarakan tentang keterima kami di
sekolah menengah pertama pada masing-masing orang.
Setelah menempuh sekolah dasar selama 6 tahun, Saya
diterima ketingkat yang lebih tinggi yaitu sekolah menengah pertama SMP. Saya
bersekolah di SMPN 51 Bandung, pada saat Saya bersekolah di SMP tersebut Saya
selalu kena sindiran dari saudara saya yang tingkatannya lebih muda satu
tingkat dari Saya, namun kita lahir ditahun yang sama. Nama saudara Saya yang
selalu mengejek Saya karna sekolah di SMPN 51 adalah Kiki dan Kania, untuk
Kania Saya selalu memanggilnya dengan sebutan Novi. Mereka mengejek Saya karena
Saya sekolah di daerah yang bukan di kota. Walaupun Saya kesal selalu disindir
oleh mereka tapi Saya tidak pernah membalas mereka karena sindiran mereka
memang benar, sekolah Saya berapa di kabupaten bukan di kota. Saya di SMP
mengikuti ekskul basket dan kijarpara. Kijarpara merupakan ekskul seperti baris
berbaris dan pengibaran bendera. Pelatih
Kijarpara bernama Bang Seto, Bang Surya, Kang Tresna dan Teh Devi. Selama
latihan kami selalu seriu karna latihan kijarpara sama saja seperti latihan
mental, semua pelatihnya selama melatih kami selalu bersikap menyeramkan karna
secara berteriak-teriak. Selama menjalani ekskul Kijarpara Saya sudah lebih
dari 5 kali lomba dan selalu membawa piala untuk sekolah. Walaupun Saya lebih
fokus latihan Kijarpara namun, Saya selalu membagi waktu untuk sekolah dan
latihan basket. Selama Saya latihan basket, pengalaman Saya selama masuk ekskul
basket adalah mengikuti pertandingan di SMPN 34 namun, saya kalah dalam
pertandingan tersebut. Setelah kami kalah dalam pertandingan tersebut, kami
semakin giat latihan dan mengundah SMP lain untuk mengajak pertandingan
persahabatan. Setahun kemudian, pada saat Saya masuk kelas dua SMP. Saya
mendapatkan kabar kalau Kiki dan Novi, saudara Saya yang selalu mengejek Saya
karna sekolah di SMP 51 mereka masuk ke SMPN 51 yaitu SMP yang sama bersama
dengan Saya. Mereka menjadi adik kelas Saya di SMPN 51, setelah itu mereka
mulai merasa menyesal karna sudah mengejek Saya. Akhirnya Saya, Kiki dan Novi
pun satu sekolah namun masing-masing teman dari kami tidak mengetahui kalau
kami itu saudara. Novi bergabung dengan ekskul yang sama dengan Saya yaitu
basket dan kijarpara, sedangkan Kiki masuk ekskul basket. Pada saat latihan
basket, Saya dikira pacaran dengan Kiki oleh teman-teman basket karena Saya,
Kiki dan Novi selalu datang ke sekolah dan latihan basket secara bersamaan baik
pergi maupun pulang. Padahal mereka tidak tahu kalau Saya dan Kiki itu
bersaudara dan Saya sudah memberitahu kepada mereka kalau Saya dan Kiki itu
bersaudara namun, mereka tetap tidak percaya dan sangat senang hal tersebut
dijadikan sebuah gosip. Semenjak di SMP, Saya baru mengetahui apa itu yang namanya
pacaran karena lingkungan teman-teman Saya yang memiliki pacar baik itu teman
sekelas, adik kelas dan kakak kelas. Tapi itu tidak membuat Saya untuk
berpikiran pacaran. Di SMP Saya memiliki cita-cita sebagai dokter, cita-cita
umum yang diinginkan oleh anak-anak. Menurut Saya pekerjaan dokter merupakan
perkerjaan yang mulia karna dokter bertugas untuk menyembuhkan orang yang sakit
dan menyelamatkan orang yang terluka, itu pemikiran Saya pada saat Saya di SMP.
Selama di SMP banyak sekali yang dirasakan, merasa resah karena takut tidak
lulus UN. Pemikiran Saya saat SMP mengenai UN yaitu hal yang memalukan dan
merasa gagal jika tidak lulus UN. Setelah
menjalankan tiga tahun yang mengesankan di SMP, Saya dan teman-teman Saya harus
berpisah untuk menempuh tingkat yang lebih tinggi yaitu SMA ataupun SMK.
Pada tahun 2011 Saya menempuh pendidikan lebih
tinggi dari SMP yaitu sekolah di SMAN 25 Bandung yang berada di Jl.Baturaden.
Hari pertama masuk SMA, pertama kalinya Saya merasakan OSPEK sebelum mengikuti
pelajaran akademis di SMA. Hal pertama yang Saya rasakan ketika OSPEK yaitu
suasana yang tegang karena senior-senior yang menjadi panitia OSPEK berbicara
dengan nada yang keras dan menampakan mimik muka yang jutek biasanya
senior-senior tersebut dinamakan TATIB (Tatat Tertib). Ketika OSPEK Saya kena
hukum TATIB, dikarenakan Saya memakai kaos kaki yang berwarna merah muda,
seharusnya kaos kaki yang dipakai berwarna putih. Hari terakhir OSPEK kami
sebagai murid bari dan senior-senior selaku panitia OSPEK, kami saling
berkenalan dan saling meminta maaf.
Setelah beberapa hari bersekolah di SMA, Saya masuk
kelas 1 c di SMAN 25 Bandung dengan wali kelas yang bernama Bapak Adrian. Bapak
Adrian adalah wali kelas saya di kelas satu, Pak Adrian mengajar sebagai guru
bahasa Inggris. Pada saat waktunya untuk memilih ekskul, ekskul yang Saya pilih
adalah basket, paskibra (ekskul wajib disekolah). Selain itu, saya mendaftar
untuk menjadi pengurus OSIS. Agar dapat menjadi pengurus OSIS, Saya harus
melewati tahapan atau sebuah test yang dibuat senior untuk menjadi pengurus
OSIS. Tahapan itupun telah dilewati oleh Saya dan Saya resmi menjadi anggota
dari pengurus OSIS. Untuk di basket, Saya selalu mengikuti latihan di hari
sabtu dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anggota basket
lainnya. Namun, setelah Saya ikut bergabung dalam organisasi Paskibra di SMA,
Saya mulai meninggalkan ekskul basket. Selain mengikuti Paskibra di SMA, Saya
harus mengikuti kegiatan yang ada di Paskibra Kota Bandung dan untuk anak kelas
satu itu masih disebut sebagai CAPAS (Calon Paskibra). Untuk menjadi anggota
Paskibra Kota Bandung Saya harus mengikuti pelatihan yang sangat panjang
sekali. Selama setahun Saya menjadi CAPAS, Saya harus mengikuti LATGAB (Latihan
Gabungan) yaitu latihan calon anggota paskibra diseluruh sekolah yang ada di
Kota Bandung, latihan tersebut diadakan selama sebulan sekali di Balai Kota.
Selain Latgab, masih banyak pelatihan lainnya yaitu Latsa,diklatsar, dan
asrama. Hingga akhirnya Saya dapat mengikuti asrama Paskibra Kota Bandung
selama 10 hari di SMAN 2 Bandung. Kami dilatih mental, disiplin dan tanggung
jawab, selalu dimarah-marahi dan latihan baris-berbaris dilapangan dengan terik
matahari yang panas. Selama asrama kami diajari bagaimana untuk mendapatkan
sesuatu itu tidak mudah dan membutuhkan pengorbanan. Setelah menjadi anggota
Paskibra Kota Bandung, Saya disarankan oleh senior Saya di Paskibra untuk
mengikuti pendaftaran menjadi Paskibraka Kota Bandung untuk penugasan pada
tanggal 17 Agustus, awalnya Saya tidak tertarik untuk mengikuti Paskibraka
namun Saya dipaksa. Akhirnya Saya mengikuti test Pakibraka yaitu test wawasan,
kesahatan, jasmani dan wawancara dengan bahasa sunda dan inggris. Setelah Saya
selesai mengikuti test tersebut, akhirnya pada saat pengumuman yang keterima
pun tiba, dan nama Saya disebut sebagai anggota Paskibraka Bandung. Saya pun
mengikuti pelatihan Paskibraka Kota Bandung dan akhirnya Saya dapat ikut serta
dalam pengibaran bendera pusaka milik Indonesia di Balai Kota pada tanggal 17
agustus 2011. Selama tiga tahun menjalankan pendidikan di SMA banyak sekali
pengalaman baru di kelas IPA dan menjadi anggota Paskibra Kota Bandung. Selain
itu, Saya terpilih untuk menjadi pengurus di Paskibra Kota Bandung sebagai
HUMAS. Namun setelah kelas 3 SMA, Saya mulai fokus belajar untuk menjalankan UN
dan test masuk ke Universitas. Pada saat kelas 3 SMA, Saya mulai mengikuti test
di Universitas Swasta. Saya mengikuti test di UNPAR namun tidak diterima, lalu
Saya mengikuti test di Universitas Telkom dan akhiirnya Saya diterima di
jurusan MBTI di Telkom University. Saya selama di SMA tidak mengikuti tes
SBMPTN namun Saya mengikuti tes SNMPTN (tes jalur undangan). Namun orang tua
Saya meminta Saya untuk langsung daftra ke Universitas Telkom. Akhirnya Saya
pun mendaftar untuk dapat menjadi mahasiswi Universitas Telkom. Sebenarnya pada
saat Saya SMA, Saya berharap dapat mendaftar ke jurusan psikolog, awalnya Saya
ingin mendaftarkan diri ke psikolog UNISBA namun, tidak diijinkan oleh Tante
Saya dengan alasan tertentu yang membuat Saya menangis. Akhirnya Saya mengubah
pikiran Saya lebih positif dengan menjalankan kuliah di Universitas Telkom.
Saya berharap dengan berkuliah di MBTI tidak sulit dengan matakuliahnya dan
dapat enjoy berkuliah di MBTI. Selama libur sekolah dengan waktu yang sangat
panjang, Saya mengikuti les piano. Awal dari Saya ingin les piano karena Saya
melihat teman Saya bermain piano dan Saya pun tertantang untuk mengenal alat
musik piano. Sebelumnya, waktu SD Saya pernah dileskan oleh Ibu Saya les piano
klasik tapi Saya tetap tidak bisa karena belum ada ketertarikan dan waktu SMP
saya dileskan oleh Ibu Saya yaitu les gitar klasik tapi tetap saya tidak bisa.
Saya berharap dapat diikutkan les menggambar namun tidak terlaksana.
Pada tahun 2013 Saya mengikuti OSPEK di Universitas
Telkom. OSPEK di Universitas Telkom yang dijalakan 3 hari karena yang Saya
dengar OSPEKnya itu diberhentikan dengan alasan tertentu. Di kampus Saya
berteman dekat dengan Anggita, Anggi, Citra, Rahmah, Rezki, Faisal, Emunda dan
Laras. Laras adalah teman Saya dari semenjak kelas 2 SMA. Semenjak menempuh
pendidikan di Universitas Telkom, Saya mulai terpikir sebuah cita-cita yang
sesungguhnya yaitu Saya ingin sekali dapat bergabung di perusahaan media. Saya
mulai menghilangkan cita-cita kecil saya untuk menjadi dokter. Pada saat waktu
magang, Saya memilih magang di perusahaan media yaitu di Pikiran Rakyat di
bagian Marketing Komunikasi dan disana Saya banyak sekali pengalaman dalam
menghadapi masyarakat dan konsumen. Selain itu, Saya pernah diajak untuk ikut
wawancara sebuah komunitas dan membantu dalam peluncuran aplikasi PR.
Setelah lulus kuliah, Saya berencana untuk
mendaftarkan diri ke perusahaan-perusahaan media untuk berkerja. Namun, Ibu
Saya memberikan saran untuk melanjutkan kuliah ke S2. Saran Ibu Saya dapat Saya
pikirkan terlebih dahulu namun Saya belum bisa memberikan keputusan. Saya
berharap diumur 25 tahun Saya sudah memiliki jodoh direstui oleh Allah SWT dan
Saya memiliki sebuah keluarga yang diharapkan “amin”.
0 komentar:
Posting Komentar